Bina'
A. Pembahasan Bina'
Segala sesuatu itu membutuhkan frame
(kerangka), kerangka asal lafadz itu dalam shorof disebut bina’. Untuk dapat
mengetahui kokoh tidaknya suatu konstruksi atau bangunan lafadz seharusnya
memahami tentang bina’ dengan demikian asal usul lafadz dapat diketahui. Orang
yang mengetahui asal usul lafadz akan mudah mencari makna dalam kamus-kamus
Arab.
Bina' dalam ilmu shorof cukup sederhana yakni
hanya dengan mengetahui lafadz فَعَلَ yaitu fa’ fi’il, ain fi’il, dan lam
fi’il. Adapun yang terkait dengan bina' dalam shorof secara sederhana terbagi
menjadi lima yaitu ;
Inti dari lima bina’ tersebut sebenarnya
dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu mu’tal dan shohih sedangkan mu’tal masih terbagi lagi menjadi beberapa
bagian, penulis akan mejelaskan secara detail terkiat dengan bina’-bina’
tersebut. Maka dari itu, kita sebaiknya mengetahui terlebih dahulu mengenai
makna-makna dari bina' untuk memudahkan kita dalam memahami istilah-istilah
bina’.
berkumpul atau bercampur atau terhimpun.
hamzah.
Hal di atas mengadung makna bahasa secara
umum, meskipun begitu ketika makna-makna tersebut ditarik dalam istilah-istilah
shorfiyah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan makna aslinya.
B. Macam-macam Bina' dalam Ilmu Shorof
Bina’ mahmuz itu terbagi menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut:
Bina'
ajwaf ini juga terbagi dua; yaitu:
Dari keterangan di atas,
apabila kita masih kesulitan mencari dan mengidentifikasi bina’ dari fi’il
madli, maka kita bisa mengqiyaskan ke fi’il mudlori’, apabila qiyasan ke fi’il
mudlori’ masih belum jelas, maka kita bisa mengqiyaskan ke masdar ghoiru mim,
misalnya lafadz; خَافَ – يَخَافُ
- خَوْفًا
Karena di sinilah semua asli
huruf fi’il dapat diketahui dengan jelas, terutama dalam mencari bina’ mu’tal
atau fi’il yang di dalamnya terdapat huruf Illat. Inilah diantara alasan ulama
kufah, kenapa asal lafadz itu dari masdar tidak dari fi’il madli? Tidak lain
karena, kerangka lafadz itu dapat diketahui secara sempurna pada saat diketahui
masdarnya.
NB : bahwa
huruf tambahan dari fi’il tsulatsi mazid, baik tambahan satu, dua, atau tiga
huruf tidak ada pengaruhnya di bina’. Begitu juga ruba’i mazid baik tambahan
satu atau dua huruf. Contoh lafadz أَكْرَمَ tidak dapat dikatakan bina’ mahmuz fa’ walaupun diawali dengan
huruf hamzah, sebab hamzah tersebut merupakan huruf tambahan dari wazan أَفْعَلَ yang aslinya dari lafadz كَرُمَ begitu juga tidak berlaku dalam
huruf tambahan yang lain. Adapun huruf tambahan baik dari tsulatsi atau ruba’i
akan dibahas dalam bab tersendiri.
afwan ini ada yang kosong ge mana?
BalasHapusterima ksih atas informasi ilmunya.semoga bisa bermanfaat bagi pembaca lainya.amin
BalasHapusterimakasih atas ilmunya, barokallah
BalasHapus