Kepemimpinan dalam Organisasi
By: H.M. Syamsul Falah
Kepemimpinan adalah subjek yang telah lama menarik perhatian
banyak orang. Istilah yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan
dinamis yang berhasil memimpin di bidang kemiliteran, memimpin perusahaan yang
sedang berada dalam puncak kejayaan atau memimpin Negara (Gary Yukl: 2001, h.
2).
Rumusan tentang kepemimpinan sangat luas sekali,
Richards & Eagel merumuskan pengertian kepemimpinan adalah cara
mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai, dan menciptakan lingkungan guna
mencapai sesuatu.
Menurut Robbin mengatakan “Leadership as the
ability to influence group toward the achievement of goals” Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kelompok kearah pencapaian tujuan
organisasi.
Rosmiati & Kurniady (2010, h. 125) berpendapat
”kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, mengerakkan, mengarahkan,
dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok untuk menerima pengaruh tersebut
dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan atau leadership memiliki makna yang sangat luar, yaitu; 1)
sebagai proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, mengerakkan dan
mengarahkan bawahan atau kelompok yang ada di dalamnya. 2) mencapai visi,
mewujudkan nilai atau norma-norma, dan mengkondisikan lingkungan yang kondusif.
Sedangkan pengertian organisasi sangat banyak sekali,
penulis hanya akan memapakarkan pengertian tersebut. menurut Sondang P.Siagian
dalam buku Perilaku Organisasi karangan
Indrawijaya (2002, h. 30) bahwa ”Organisasi adalah bentuk persekutuan antara
dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terkait dalam
rangka pencapian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat
seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau kelompok
yang disebut bawahan.
Berbeda lagi dengan pengertian menurut Atmosudirjo
(1976, h. 6) yang mengatakan bahwa “Organisasi adalah struktur tata pembagian
kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang pemegang
posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai suatu
tujuan tertentu.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
organisasi yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengarahkan,
mengerakkan terhadap orang-orang yang ada dalam struktur bawahan untuk bekerja
sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan demikian, seorang pemimpin organisasi
dibutuhkan mampu mempengaruhi dan mengajak orang lain supaya orang lain
tersebut dapat mengikuti saran dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama dalam lingkup organisasi tersebut.
Dalam konteks islam, setiap orang berhak menjadi
pemimpin, secara tidak langsung manusia yang telah lahir setelah menginjak
dewasa telah mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing terhadap
dirinya, setidaknya umat islam diharapkan dapat mempimpin dirinya sendiri,
baik-buruk seorang tergantung sejauh mana seseroang itu menjaga dan memimpin
dirinya. Sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap manusia/pemimpin akan dimintai
pertanggung jawaban
Jadi, setiap orang dalam Islam akan diberi tanggung
jawab masing untuk memimpin dirinya menjadi manusia yang lebih baik.
Secara tidak sadar, umat Islam diajarkan menjadi
seorang pemimpin yang baik. Persoalanya tidak setiap orang dapat atau mampu
mendidik dirinya menjadi baik, sehingga dapat dipastikan kalau seseorang tidak
mendidik atau mengatur dirinya dengan baik, maka mendidik atau mengatur orang
lain untuk menjadi baik pun tidak akan berhasil.
Kalau kita fahami bahwa setiap orang atau pemimpin
tidak boleh meremehkan segala urusan, dirinya harus selalu mengupdate atau
mengasah kemampuan dan wawasanya, jadi seorang pemimpin akan mempunyai
kepribadian yang santun, berwawasan luas, dan dapat diterima semua bawahan
sehingga organisasi maupun lembaga yang dikelolanya akan menjadi pencerahan
masa depan bagi anggotanya.
Konsep Dasar
Seseorang yang telah menjadi pemimpin
dalam organisasi atau lembaga setidaknya mengetahui fungsi-fungsi kepemimpinan.
Terkait dengan fungsi kepempinan, para pakar manajemen berbeda-beda pendapat.
Tetapi penulis hanya ingin mengutip dari Rosmita dan Kurniady (2010, h. 126)
yang merumuskan fungsi kepemimpinan dalam kelompok sebagai berikut;
- Pemimpin membantu suasana terciptanya persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan.
- Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan sangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menciptakan dan menjelaskan tujuan.
- Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan presedur mana yang paling praktis dan efektif.
- Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil putusan bersama dengan kelompok.
- Pemimpin memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
- Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dari isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
- Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
Dalam buku pemimpin dan kepemimpinan, Kartini Kartono
(2004, h. 117) menyebutkan 7 tugas seorang pemimpin kelompok, sebagai berikut;
Setelah membahas tentang Fungsi
Kepemimpinan, pada dasarnya, ada hal yang cukup menarik pula untuk diketahui,
yaitu mengenai macam-macam Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe kepemimpinan
sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena kepemimpinan
sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki
nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Menurut beberapa kelompok sarjana
(Kartini Kartono, 2004, h. 80) membagi Tipe Kepemimpinan sebagai berikut;
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki
kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki supernatural power (kekuatan ghaib) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan
maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective
atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang
berlebih lebihan.
Tipe kepemimpinan militeristik ini
sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi
formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
Kepemimpinan otokratis memiliki
ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak
yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail
tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya
sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
Pada tipe kepemimpinan ini praktis
pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan
teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu
melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang
kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi
yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
Kepemimpinan populis berpegang teguh
pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan
kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.
Kepemimpinan tipe administratif ialah
kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan
sosial di tengah masyarakat.
Kepemimpinan demokratis berorientasi
pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan
kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak
pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan
kondisi yang tepat.
Dari berbagai macam tipe kepemimpinan tersebut,
tidak berarti untuk memimpin suatu organisasi atau harus menerapkan salah satu tipe
kemepimpinan, tetapi bisa saja ketika menjadi pemimpin mengimplementasikan dari
berbagai macam tipe kepemimpinan tersebut. karena pada dasarnya semua jenis
gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing.
Bahwa mengetahui bentuk-bentuk tipe
kemimpinan dalam memanaj organisasi tidaklah cukup maksimal dalam
mengkoordinasikan bawahan, bila tidak disertai dengan empowerment
terhadap bawahannya.
Diane Tracy dalam buku Educational
Administration concept and practices (Lunenbug & Ornstein: 2000, h.
117) berpendapat ada sepuluh empowerment yaitu; 1) Tell people what
their responsibilities are, 2) Give them authority equal to the responsibility
assigned them, 3) Set standards of excellence, 4) Provide them with the needed
training, 5) Give them knowledge and information, 6) Provide them with feedback
on their performance, 7) Recognize them for their achievement, 8) Trust them,
9) Give them permission to fail, 10) Treat them with dignity and respect.
Berhasil tidaknya suatu organisasi atau
lembaga dipengaruhi oleh komitmen dan kompetensi pemimpin dalam mengelola
bawahannya. Seperti apa pemimpin yang ideal? Terkait kreteria pemimpin yang ideal
memang banyak pendapat. Philip Sadler dalam bukunya Leadership (1997, h.
47) ada lima kreteria kepemimpinan 1) The Ability to build effective teams, 2)
The ability to listen, 3) The capability to make decisions on this own, 4) The
ability to retain good people, 5) The ability to surround himself with good
people.
Philip Sadler (1997, h. 47-48) juga
mengutip dari pendapatnya Wess Robbert, Vice President, Human Resources,
American Express, dalam buku yang berjudul The Leadership Secret of Attila the Hum menyebutkan ada tujuh belas karakteristik seorang
pemimpin, yaitu ; 1) Courge, 2) Desire (strong with to lead), 3) Emosional
stamina, 4) Physical stamina, 5) Empathy, 6) Decisiveness, 7) Anticipation, 8)
Timing, 9) Competitiveness, 10) Self-confidence, 11) Accountability, 12)
Responsibility, 13) Credibility, 14) Tenacity, 15) Dependability, 16)
Stewardship, 17) Loyality.
Berbeda lagi dalam bukunya “The
Leadership Chellenge” (1995), Kouzes & Posner menyebutkan ada 20 ciri
utama Chief Executive Officer (CEO),
yaitu ; fair minded (adil), ambitious (berambisi), courageous (berani),
imaginative (imajinatif), forward looking (berpandangan jauh ke
depan), broad minded (berwawasan luas), inspiring (memberikan
inspirasi), dependable (dapat diandalkan), self-control (dapat
mengontrol diri), intelligent (cerdas), independent (mandiri), honest (jujur), competent (mampu),
cooperative (dapat bekerja sama), mature (matang), supportive (mendukung),
caring (memperhatikan orang lain), loyal, determined (tegas), straightforward
(berterus-terang).
Dari ciri-ciri di atas, untuk menjadi
pemimpin yang handal tidak mudah, diharuskan mampu menguasai segala bidang,
terutama mengerti karakter bawahannya dan dapat menyikapi budaya organisasi
yang ada. Sebab tanpa mengetahui karakter atau pribadi bawahan dan budaya/iklim
yang ada siapa pun pemimpinnya akan sulit mengedalikan suatu organisasi.
Meskipun seorang pemimpin tidak memiliki kreteria kepemimpinan yang ideal atau efektif,
tetapi semua itu dapat dipelajari. Hanya saja mereka yang mempunyai bakat
pemimpin lebih mudah mempelajarinya.
Perlu dimengerti dan disadari, bahwa
pemimpin yang mempunyai cirri-ciri di atas juga tidak selama mengalami kemajuan
dalam mengelola organisasi atau lembaganya. Sebab antara organisasi satu dengan
organisasi yang lain belum tentu mengalami psikologi dan budaya yang sama. Jadi
pemimpin yang sukses mengelola A belum
tentu sukses dalam mengelola B atau C.
Akan tetapi pemimpin yang dapat mempertahankan
situasi yang kondusif, walaupun tidak mengalami kemajuan yang pesat dalam
mengelola lembaga B dan C yang awalnya carut-marut dapat dikatakan berhasil
atau sukses dalam pengelolaan. Karena ukuran sukses dan keberhasilan pemimpin
dalam mengelola organisasi atau tidak
saja development oriented tetapi juga mampu menjaga keutuhan dan mampu
mempengaruhi bawahan untuk bertindak demi mencapai tujuan daripada organisasin
atau nya.
Ada kalanya calon pemimpin yang terpilih
tidak sesuai karakter yang sudah disebutkan di atas, artinya sangat kurang
memenuhi syarat-syarat pemimpin yang baik. Jadi, kegagalan suatu organisasi
atau yang sering terjadi justru diawal
atau pada saat pemilihan pimpinan.
Kartini Kartono (2004, h. 224-225) menyebutkan bahwa kegagalan dalam menentukan
pimpinan itu disebabkan;
- Kurang tepatnya cara pemilihan calon pimpinan, misalnya lewat sistem katabelletje (surat kecil), pilih kasih, sistem kruiwangen (parajabat pendahulu kawan), nepotiseme, dan lain-lain.
- Tanpa melalui sistem tes secara objekstif, seleksi, dan pengujian fisik serta mental terlebih dahulu. Ditambahkan kurang matangnya persiapan dan masa training, sehingga pemimpin (orang-orang muda) yang baru dilantik itu tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya.
- Tugas-tugas yang harus dipikul oleh calon pemimpin baru tadi ada jauh di atas dayu-pikul dan kapabilitasnya.
- Tidak diterima oleh bawahan, karena pimpinan yang diangkat itu tidak mampu menyesuaikan diri dalam iklim sosial dan iklim psikis baru.
- Adanya perubahan tugas atau mutasi yang mendadak dan kurang adanya adaptasi, dan kurang kemampuan teknisi.
Oleh sebab itu, bila proses awalnya
sudah mengalami keganjilan dalam pengelolaan organisasi atau ada, maka perbaikan, kemajuan, dan kesuksesan
akan jauh menjadi kenyataan.
Seorang pemimpin harus mempunyai strategi atau taktik
dalam perencanaan atau pengelolaan supaya organisasi atau lembaganya dapat
mencapai tujuan atau saran sebagaiman yang telah direncanakan. Oleh sebab itu,
pimpinan dituntut mempunyai strategi suatu kepemimpinan yang efektif melalui
pengambilan keputusan. Dalam suatu pengambilan keputusan, diperlukan suatu
strategi yang baik dan jeli untuk menjawab berbagai permasalahan ada. Ini
tentunya dalam kepemimpinan juga dibutuhkan suatu perencanaan strategi yang
matang.
Disamping itu, kedisplinan juga sangat diperlukan baik
dalam proses berfikir yang melibatkan strategi maupun pelaksanaannya. Dimana
dimulai dari menyusun hingga mengimplementasikan sebuah rencana yang mungkin
mencakup berbagai proyek. Pemfokusan pada suatu tingkat seni strategi dan
pendisplinan strategi yang secara teratur akan membuahkan suatu tingkat
keputusan yang maksimal dan tercapainya tujuan atau sasaran yang diharapkan. Setidaknya
ada beberapa hal yang menjadi perhatian pemimpin untuk mengelola organisasi
atau lembaganya.
Kesimpulan
Pemimpin dalam organisasi dapat menentukan segalanya
baik buruknya atau berkembang atau tidaknya organisasi, sebagai penentu sentral
adalah pemimpin atau ketua, maka dari itu, proses pemilihan pemimpin dalam
organisasi tidak dapat diabaikan begitu saja, salah memilih pemimpin akan
berakibat vatal terhadap organisasi atau dapat mengancam kehancuran
oraganisasi.
Bila kita menginginkan kemajuan atau eksisnya
organisasi, kita tidak boleh mengabaikan semua yang penulis sampaikan di atas,
baik dari fungsi kempimpinan, penguasaan tipe kepimpinan, strategi atau taktik
dalam pengelolaan organisasi. Keberhasilan organisasi kental sekali dipengaruhi
oleh karakteristik seorang leadership.
Meskipun tidak semua orang mempunyai jiwa kempimpinan,
namun itu semua dapat dikembangkan atau dipelajari, baik melalui otoditak buku
bacaan atau melalui pengalaman-pengalaman seseorang, sebab mempelajari
pengalaman seseorang dalam berproses akan banyak manfaatnya, karena mereka
terjun secara langsung.
Daftar Pustaka
Burns, J.M. 1978. Leadership. New York : Harper
& Row
Kouzes, J.M. & B.Z. Posner. 1995. The
Leadership Chellenge. San Fransisco: Jossey –Bass
Indrawijaya, Adam I, Drs.MPA. 2002. Perilaku
Organisasi. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Lako, Andreas. 2004.
Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi (Isu,Teori, dan Solusi). Yogyakarta
: Amara Books
Lunerburg, Fred.C & Orstein, Allan. C. 2000.
Canada : Wadsworth
Rosmiati, Tati & Kurniady, Achmad. 2010.
Kempimpinan Pendidikan. Manajemen Pendidikan.
Sadler, Philip. 1997. Leadership. London :
Coopers & Lybrand
Yulk, G.A. 2001. Leadership in Organization. Five
Edition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar